Contoh Analisis Latar Cerpen



Judul     : Lari dari Antum

Penulis : Kailila

Terbit    : 3 April 2018




A.      Sinopsis Cerpen

Ilmi, panggil dia begitu. Dia salah satu mahasiswi muslimah di Beijing. Dia baru saja menyelesaikan studi magisternya. Semua bermula dari sebuah surat yang terkirim ke alamat emailnya. Ia tidak terlalu menanggapi. Namun siapa sangka email itu akan jadi email paling berharga baginya.

Pada suatu siang, saat ia menghadiri seminar tentang manajemen Organisasi Lembaga Dakwah. Semua orang tertuju kepada sang moderator, termasuk Ilmi. Namun hanya ilmi yang berprasangka bahwa Azhar Ibrahim, si moderator itu melakukan ujub (sombong). Ia begitu tidak suka kepada Azhar. Sangat tidak suka.

Namun rupanya takdir memiliki jalannya. Pada malam hari, Murabbiyah Ilmi menelepon. Ia memberitahukan bahwa ada seorang pemuda yang hendak ta’aruf dengannya. Dan pemuda itu ialah Azhar Ibrahim. Ilmi yang mencoba untuk tersanjung seperti akhwat-akhwat lainnya, justru ilmi malah tiada rasa kepadanya. Mungkin karena kesan pertamanya yang buruk. Ia akhirnya harus menolak Azhar. Dan ia pun memutuskan untuk melanjutkan akademiknya ke China, menjauh dari Indonesia, terlebih dari Azhar.

Ilmi akhirnya sebentar lagi mencapai gelar doctoral. Di sebuah masjid china, tepatnya di masjid Huaisheng, ia sholat bersama Fatimah. Namun tiba-tiba ia kaget  melihat sekelompok backpacker yang sedang sholat. Dan ternyata imamnya adalah Azhar Ibrahim. Ilmi terpesona dengan suara takbirnya, suara takbir termerdu sedunia. Akhirnya pelarian Ilmi sudah mencapai finishnya. Dan ia teringat email 4 tahun lalu.



B.      Analisis Latar

1.       Latar Tempat

No
Kutipan
Latar Tempat
1
... Ikhwan itu menjadi moderator di topik tentang manajemen organisasi lembaga dakwah. Semua mata tertuju padanya, alih-alih kepada pemateri yang adalah ustadz termasyhur di kalangan aktivis, sepertinya ada sesuatu yang sangat mengesankan tentang ikhwan itu.
Di Sebuah tempat perkumpulan Lembaga Organisasi Islam
2
Tiba di kosan Riani malah harus mengerjakan laporan lagi, sebagai solidaritas mahasiswa tahap akhir, aku ikut begadang.
Di kosan Riani
3
Aku dan murobbiyahku mendengar derum motor Azhar Ibrahim menjauh dan segera ia bertanya
Di rumah
4
Di perjalanan pulang dari kampus, Pak Mulyadi menelepon
Di Jalan
5
Keluarga dan sejumlah ikhwah mengantarku ke pintu keberangkatan.
Di Bandara
6
Dari jauh aku dan Fengye melihat menara masjid Huaisheng, bentuknya serupa mercusuar,
Di Area Mesjid Huaisheng
7
Aku dan Fengye tidak sabar ingin sholat ashar di dalamnya. Aku melangkah memasuki masjid setelah melalui taman kecil hijau di hadapan pintu lengkung terakhir.
Di Area Mesjid Huaisheng



2.       Latar Waktu

No
Kutipan
Latar Waktu
1
Ada seorang ikhwan yang naik ke panggung siang ini, perawakannya kurus dengan lengan kemeja disinsing, meninggalkan kesan pekerja keras.
Siang Hari
2
iba di kosan Riani malah harus mengerjakan laporan lagi, sebagai solidaritas mahasiswa tahap akhir, aku ikut begadang.
Malam Hari
3
Aku dan Fengye tidak sabar ingin sholat ashar di dalamnya.
Sore Hari



3.       Latar Suasana

No
Kutipan
Latar Suasana
1
Sedangkan aku, aku dibuatnya merenung pagi dan malam.
Latar suasana hati si Ilmi Galau
2
Semua mata tertuju padanya, alih-alih kepada pemateri yang adalah ustadz termasyhur di kalangan aktivis, sepertinya ada sesuatu yang sangat mengesankan tentang ikhwan itu.
Latar Suasana Perkumpulan Kagum
3
Aku baru saja pulang bersama Riani dari desa lokasi penelitian, kami berdua kehujanan, kelaparan dan kelelahan.
Latar suasana si aku dan riani
4
Kali ini petir yang menyambar, pastilah aku salah dengar, “siapa, Kak?”
Latar Suasana si aku sedang kaget
5
Belakangan ini aku merasa penghakimanku dulu pada Azhar Ibrahim yang terlalu mempengaruhi semua penilaianku adalah hal yang tidak dapat dimaafkan.
Latar suasana hati si aku menyesal
6
Hatiku berdebar demi melihat menara itu, perpaduan Islam dan Cina, sungguh luar biasa.
Latar suasana hati si aku kagum
7
Detak jantungku seperti genderang, tidak mungkin keliru, tidak ada orang yang menyingsingkan lengan baju seperti itu.
Latar Suasana si aku sedang kaget





Demikian hasil analisis latar pada cerpen Lari dari Antum yang tersedia di blog annida. Semoga bermanfaat.



Catatan: Tulisan ini merupakan Tugas dalam Kelasa Menulis Online Madrasah Pena dengan materi "Meramu Latar Cerpen Yang Fiksi Agar Terasa Nyata" oleh Teh Tirani Rahma.


Share:

Analisis alur cerpen : "Darah Santri"



Tugas Madpen ke-5



Menganalisis Alur.

Judul Cerpen                     : Darah Santri, BTH2

Penulis                                 : Tazkia Royyan Hikmatiar

Terbitan                               : Pena Surga, Cetakan 1, Bandung



Cerpen ini mengisahkan tentang seorang  Aku, pimpinan pesantren pada zaman penjajahan yang berusaha untuk melawan para penjajah la’natullah. Ia beserta istri, anak perempuannya (Hasna Husniah Salsabila), Santri terbaiknya (Soekano), beserta santri yang lain terpaksa harus melakukan uzlah (mengasingkan diri) ke kawasan terpencil agar jauh dari para penjajah.

Namun tekanan tidak cukup sampai disana, terdengar kabar bahwa K.H. Mustafa (pimpinan pesantren lain) ditembak mati oleh penjajah. Hal itu menyebabkan para pimpinan pesantren yang lain mengadakan suatu pertemuan, termasuk si aku.

Si aku terpaksa harus meninggalkan anak dan istrinya untuk menghadiri pertemuan, namun saat ia pulang, ia terkejut karena penjajah bisa masuk ke rumahnya dan menembak mati isterinya. Hal itu dikarenakan Soekano memberontak dengan alasan untuk membiayai pengobatan ibunya. Akhirnya isteri si aku meninggal, dan santri terbaiknya itu harus dihukum mati.

Cerita berakhir dengan merdekanya kawasan itu dari para penjajah, walaupun harus mengorbankan banyak nyawa, termasuk nyawa seseorang yang sangat dicintai.



Analisis Alur : Alur Campuran

Identifikasi Alur :



1. Konflik

                “Suara pelatuk pistol itu memekakan telinga. Dia menarik pelatuk senjata apinya tanpa peringatan. Aku bergeming tiada sedikitpun rasa takut kepada mereka. Allah-lah pelindung kami. Aku menentang keras apapun yang berkaitan dengan Tauhid! Tidak akan semili pun aku bungkukkan tubuh ini untuk menyembah Tuhan mereka!” Cerita K.H. Mustafa di depan seluruh pimpinan pesantren.



2. Orientasi

                Aku kembali. bangunan kayu tempat berteduh para hewan jika hujan, tempat silaturahmi saat musyawarah para hewan di bawahnya berjajar membentuk sebuah kurva untuk melindungi sebuah bangunan yang para penjajah anggap sebagai markas pemberontakan kami. Masjid.

                Lelahku memudar seketika. Wanita mulia yang melayani suaminya dengan baik itu tengah menggendong seorang anak. Anank yang begitu cantik. Itulah mengapa kami menamainya Hasna Husnia Salsabila. Dua nama awal itu berarti cantik. Kami berharap, tidak hanya cantik parasnya, namun juga hatinya, dan membuat nyaman semua orang yang melihatnya serta dapat menjaga diri dari kejamnya para penjajah.



3. Pemunculan masalah

                Panggilan jihad pun emnggema ke seluruh pelosok negeri, menusuk hati. Membuat seluruh hati dimakan ambisi. Berita itu membuat kami marah. Saudara kami adalah kami. Sakit saudara kami adalah sakit kami. Rasa sakit itu mendera kami saat K.H. Mustafa ditembak mati.



4. Konflik utama

                Salah satunya aku mengenalnya. Soekano! Tapi siapa lelaki yang satunya? Dia memegang senjata api di tangannya. Siapa yang sedang ia todong? Kucoba melihta lebih jauh. Celaka! Aku sangat mengenalnya! Moncong senjata itu mengarah pada punggung seorang perempuan yang pastinya sedang melindungi Salsabila. Istriku!



5. Penyelesaian

                Tangis haru membucah pada hari itu. Hari dimana kami berjuang dengan berkorban, dan berkorban untuk sebuah kemerdekaan. Kami mencapainya, langit telah membalasnya dan Allah telah mengabulkannya. Merdeka!
Share:

Entri yang Diunggulkan

Islam di Andalusia

A.     Proses Masuknya Islam ke Andalusia Pemerintahan Islam yang pertama kali menduduki Spanyol adalah Khalifah dari Bani Umayyah ya...

Popular Posts

Label

Recent Posts