Sejarah, Visi Misi, Program Kerja dan lembaga di PERSISTRI




A.   Sejarah Persistri
Organisasi otonom dalam Jamiyyah Persis ada lima organisasi yaitu : Persatuan Islam Istri disingkat Persistri adalah organisasi ibu-ibu Persis. Pemuda Persatuan Islam (Pemuda Persis) adalah organisasi kepemudaan Persis, Pemudi Persatuan Islam ( Pemudi Persis) adalah organisasi kepemudian Persis, Himpunan Mahasiswa Persis (HIMA Persis) adalah organisasi mahasiswa Persis dan Himpunan Mahasiswi Persatuan Islam (HIMI Persis) adalah organisasi Mahasiswi Persis.
Persistri diresmikan dalam konferensi III Persis di Gedung Persis, Jl. Pangeran Sumedang (sekarang Jl. Otto iskandardinata), Bandung yang dihadiri 300 peserta, pada 11 Syawal 1355 bertepatan dengan 25 Desember 1936, kurang lebih 13 tahun setelah Persis berdiri. Dalam konferensi tersebut diputuskan Qanun Persis baru, Qanun Persistri sebagai bagian istri dari Persis, dan Qanun Pendidikan Islam sebagai bagian sekolah.
Selanjutnya Persistri dibina oleh Persis sebagai pelopor perjuangan dalam bidang keperempuanan dengan hak otonomi sebagaimana tertuang dalam Qanun Persis. Persistri didirikan untuk melaksanakan rencana jihad Persis dalam masalah pendidikan, dakwah, dan kemasyarakatan di kalangan perempuan.
Anggota Persistri dibina dan diarahkan agar mampu memahami dan melaksanakan ajaran Islam secara kafah (sempurna) serta menjadi contoh teladan yang sejalan dengan Al-Quran dan Sunnah dalam masalah ibadah, aqidah, muamalah, serta akhlak dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat.
Sejak diresmikan pada tahun 1936 hingga sekarang, Persistri telah dipimpin oleh 6 orang yang memimpin rencana jihadnya, yaitu Hj. E. Mariam Abdurrahman (1936-1956);  Hj. Hodijah Muchtar (1957-1980);  Hj. Euis Tasriyah Emam (1980-1990);  Hj. E. Aisyah Wargadinata, Lc. (1990-2000);  Hj. R. Rokayah Syarief (2000-2005); Dra. Titin Suprihatin, M.Hum  (2005-2015) serta  Dra. Lia Yuliani, M. Ag. (2015-2020)
Pada periode awal, antara tahun 1936-1956, Persistri dipimpin oleh Hj. E. Mariam Abdurrahman sebagai ketua, Hj. Khodijah Muchtar sebagai wakil ketua, Hj. Romlah Nachrawi sebagai Sekretaris Umum, dan Hj. Saidin sebagai Bendahara Umum.
            Berikutnya periode kedua antara tahun 1956-1981, Persistri dipimpin oleh Hj. Khodijah Muchtar sebagai Ketua Umum, Hj. Romlah Nachrawi sebagai Sekretaris Umum, Hj. Saidin sebagai Bendahara Umum yang dilanjutkan oleh Ibu Hj. Enas Galil.
            Pada Periode ketiga, sejak Muakhat tahun 1981, Persistri dipimpin oleh Hj. Euis Tasriyah Emam sebagai Ketua Umum (1981-1990), Hj. E. Rukmini R sebagai Sekretaris Umum, dan Hj. Manggoes Syahroji sebagai Bendahara Umum.
            Dan mulai tahun 1990, Persistri memasuki periode keempat yang mulai secara rutin melakukan regenerasi kepemimpinan yang dilakukan melalui mekanisme muktamar yang berlangsung lima tahun sekali. Mulai tahun 1990, Persistri dipimpin oleh Hj. E. Aisyah Wargadinata Lc. sebagai Ketua Umum (1990-1995), Hj. Siti Maesaroh sebagai Sekretaris Umum, Hj. Dedeh Saodah sebagai Bendahara Umum yang dilanjutkan oleh Hj. St. Fatimah S.IP. Pada Muktamar Persistri tahun 2000, kepemimpinan Persistri dipegang oleh Hj. Rokayah Syarief sebagai Ketua Umum (2000-2005), Dra. Tati Setiaty sebagai Sekretaris umum, dan Hj. Siti Fatimah, S.IP sebagi Bendahara Umum.
            Pada Muktamar tahun 2005-2015 kepemimpinan Persistri dipegang oleh Dra. Titin Suprihatin, M.Hum sebagai Ketua Umum, Dra. Taty Setiaty sebagai Sekretaris Umum dan Hj. Siti Fatimah, S.IP sebagai Bendahara Umum.
Serta tahun 2015-2020 kepemimpinan dipegang oleh Dra. Lia Yuliani, M.Ag. sebagai Ketua Umum, Dra. Taty Setiaty sebagai Sekretaris Umum dan Dra. Hj. Ijah Khadijah sebagai Bendahara Umum
            Para pemimpin Persistri di seluruh jenjang organisasi dari tingkat pusat sampai ke cabang-cabang berusaha keras agar anggota Persistri memahami ajaran Islam melalui pendidikan, latihan, dan dakwah, serta berupaya keras untuk mempermudah aggota dalam melaksanakan ajaran Islam secara kaffah dengan berbagai macam upaya sebagaimana tertuang dalam nidzam jam’iyah Persistri.





B.   Visi dan Misi Persistri
Persistri berperan dalam membantu Persis untuk mengembangkan bidang pembinaan perempuan terutama yang berusia di atas 35 tahun.  Persistri dibina oleh organisasi induknya, yaitu Persatuan Islam (Persis) sebagai pelopor perjuangan dalam bidang keperempuanan dengan hak otonomi sebagaimana tertuang dalam Qanun (Anggaran Dasar) Persis.
Persistri didirikan untuk melaksanakan rencana jihad Persis dalam masalah pendidikan, dakwah, dan kemasyarakatan di kalangan perempuan. Peran ini sesuai dengan visi Persistri, yaitu
“Terciptanya masyarakat perempuan yang berpegang teguh pada Syariat Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw.”
serta misinya
“Syariat Islam tersebar merata dan diamalkan dalam segala aspek kehidupan seluruh anggota Persistri.”
Anggota Persistri dibina dan diarahkan agar mampu memahami dan melaksanakan ajaran Islam secara kaffah (sempurna) serta menjadi contoh teladan yang sejalan dengan Al-Quran dan Sunnah dalam masalah ibadah, aqidah, muamalah, serta akhlak dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat.

C.   Program Kerja dan Aktivitas Persistri
Persistri memiliki Program Kerja yang disebut Program Jihad yang dievaluasi lima tahun sekali. Contohnya dalam Program Jihad Persistri tahun 2005-2010, ditetapkan empat landasan program utama, yaitu:
·         Memberdayakan dan mengembangkan potensi jam’iyyah (organisasi) demi terwujudnya jam’iyyah sebagai miniatur kehidupan Islam;
·         Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam di kalangan anggota khususnya dan muslimah umumnya, sehingga tercipta al-mar’atush shalihah;
·         Meningkatkan kesadaran muslimat untuk bermu’amalat secara jama’i dalam segala aspek kehidupan;
·         Melakukan penelitian dan pengkajian ilmiah keislaman dalam rangka memelihara dan mengembangkan ruhul jihad.
Keempat landasan program jihad itu, dijabarkan ke dalam beberapa bidang, mulai dari bidang kesekretariatan, bidang perbendaharaan, bidang jam’iyyah (organisasi), bidang tarbiyah (pendidikan), dan bidang maliyah (ekonomi dan sosial kemasyarakatan).
Secara khusus program pembinaan kaum wanita dalam meningkakan kualitas pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat diselenggarakan oleh Bidang Tarbiyah, dengan beberapa program utama antara lain:
·         Menciptakan para pendakwah wanita (muballighat)  yang profesional dan memiliki kompetensi melalui pembinaan intensif para muballighat di seluruh jenjang organisasi dengan materi-materi dakwah yang aktual seperti penangkalan pemikiran gerakan pemurtadan, sekularisasi, dan liberalisasi pemikiran;
·         Pengembangan dakwah dan pembinaan  kepada kaum perempuan dan masyarakat;
·         Melakukan seminar, diskusi, pengkajian, dan penelitian ilmiah keislaman;
·         Meningkatkan kuantitas dan kualitas Raudhatul Athfal(Taman Kanak-Kanak) dalam menanamkan kebiasaanakhlakul karimah (akhlak yang baik) dan pengembangan kemampuan dasar Pendidikan Agama Islam (PAI), bahasa asing, serta pengenalan sains sejak dini;
·         Melakukan pelatihan dakwah, life skill, dan pelatihan keluarga sakinah menuju perempuan sholihah;
·         Meningkatkan peran bidang konsultasi keluarga.
Dalam menciptakan para pendakwah wanita (muballighat)  yang profesional dan memiliki kompetensi, Persistri menyelenggarakan berbagai pelatihan dan  pembinaan intensif bagi para muballighat. Pelatihan yang diselenggarakan antara lainTamhiedul Muballighat, berupa kursus singkat para pendakwah wanita sekitar tiga bulan. Materi-materi dakwah diberikan kepada para peserta kursus, tidak hanya  materi Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi juga isu-isu aktual seperti penangkalan pemikiran gerakan pemurtadan, sekularisasi, dan liberalisasi pemikiran.  Melalui kursus singkat yang diikuti oleh paramuballighat Persistri, mereka dapat mendakwahkan ajaran Islam yang tidak hanya bermanfaat bagi diri dan keluarganya tetapi juga masyarakat luas pada umumnya.
Melalui peran para muballighat Persistri yang berdakwah hingga ke pelosok-pelosok desa di Jawa Barat, kaum wanita Sunda mendapat pencerahan, pemahaman, dan perluasan informasi. Melalui peran para muballighat Persistri inilah kaum wanita Sunda yang semula tetap berpegang pada adat istiadat yang mengekang kebebasan kaum wanita, berubah menjadi lebih adaptif dan terbuka kesempatan untuk mengembangkan potensi diri, baik mengejar tingkat pendidikan setinggi mungkin juga berperan ganda sebagai pekerja di luar rumah.
Pengembangan dakwah dan pembinaan  kepada kaum perempuan dan masyarakat menjadi program kerja berikutnya. Persistri sebagai organisasi perempuan yang bergerak di bidang pendidikan dan dakwah lebih mengarahkan perhatian dan program kerjanya di bidang pendidikan dan dakwah. Persistri juga seringkali melakukan seminar, diskusi, pengkajian, dan penelitian ilmiah keislaman. Berbagai topik seminar dan diskusi, terutama yang berkaitan dengan aktivitas perempuan, keluarga sakinah, dan  masalah-masalah sosial, seringkali digelar untuk memberikan pencerahan dan pencerdasan kepada kaum perempuan. Dengan cara inilah, kaum wanita Sunda lebih tercerahkan pemahaman dan wawasannya.
Secara khusus, Persistri memberikan perhatian pada upaya meningkatkan kualitas dan kualitas Raudhatul Athfal  atau Taman Kanak-Kanak. Persistri mengelola Raudhatul Athfal sebanyak 285 dan Taman Kanak-kanak sejumlah 28. Taman Kanak-Kanak yang dikelola Persistri lebih menekankan pada upaya menanamkan kebiasaan akhlakul karimah (akhlak yang baik) bagi anak-anak. Taman Kanak-Kanak yang dikelola ibu-ibu Persistri merupakan penyemaian awal nilai-nilai keIslaman kepada anak-anak usia  dini. Penanaman akhlakul karimahpada anak-anak, merupakan  bagian dari pengembangan kemampuan dasar Pendidikan Agama Islam (PAI).
Di lembaga ini diajarkan dan ditanamkan berbagai aturan seperti makan, minum, tidur, bermain, tatakrama dan sopan santun lepada orang tua atau kepada orang yang lebih tua, pengenalan Ibadan seperti berdoá, latihan shalat, dan diperkenalkan pula tata cara berbahasa yang halus.   Untuk lebih meningkatkan kualiti lembanga pendidikan Taman Kanak-Kanak diberikan pula pengenalan bahasa asing, terutama bahasa Arab,  serta pengenalan sains sejak dini. Karena ituRaudhatul  Athfal atau Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga yang ikut serta mendidik anak sehingga mempunyai landasan kepribadian yang baik sebagai bekal kelak menjadi anggota masyarakat.
Untuk meningkatkan kualitas kaum wanita Sunda, maka Persistri memberikan ruang selain melakukan pelatihan dakwah,  juga diberikan life skil, dan pelatihan keluarga sakinah menuju perempuan sholihah. Dalam kaitan ini, peran lembaga konsultasi keluarga menjadi penting dan menjadi salah satu ujung tombak bidang tarbiyah.
Melalui organisasi Persistri, wanita Sunda secara sadar mengakui nilai-nilai Islam sangat penting dan memiliki peranan yang strategis dalam menanamkan nilai moral, etika, norma, serta spiritual etnis Sunda khususnya di kota Bandung. Masyarakat Sunda pada umumnya adalah masyarakat yang religius, di mana agama menjadi ageman atau petunjuk hidup yang membimbing dan mengatur perilaku masyarakat, sehingga agama mesti diamalkan dalam kehidupan darigama (kehidupan sehari-hari). Karena itu wanita berperan penting dalam meningkatkan kualitas ketaqwaan dan sumber daya manusia di lingkungan keluarga, sebab keluarga sebagai penghubung anak dengan  Tuhannya sekaligus kehidupan  dan norma-norma sosial sehingga anak menjadi pribadi yang taat beribadah, berperilaku baik, dan siap menjadi anggota masyarakat yang bermartabat.
Pendidikan di lingkungan keluarga Sunda telah dimulai sejak dini, dengan menggunakan wejangan, cerita, baik lisan, maupun tulisan, peribahasa, pepatah, perintah; prosedurnya menggunakan imitasi (peniruan) dan identifikasi (kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan fihak lain). Pada masyarakat Sunda yang mayoritas beragama Islam beranggapan bahwa kepribadian anak mulai terbentuk ketika dalam kandungan ibunya, bahkan sebelum nikah seseorang dalam mencari pasangan hidupnya sudah mulai menentukan bakal kepribadian anak yang diinginkan, yaitu anak yang bisa menyelaraskan diri dengan standar, nilai, kebiasaan, sehingga dapat bertingkah laku sesuai dengan pengharapan masyarakatnya.
Di antara pengharapan orang tua terhadap anak, merupakan suatu pola kepribadian yang tersirat dalam kata-kata simbolik di antaranya  “cageur, bageur, bener, pinter”, yaitu anak yang sehat, jujur, benar, dan pandai membawa diri di dalam hidup bermasyarakat. Perkembangan zaman membawa akibat betapa pentingnya pendidikan bagi masyarakat Sunda. Oleh sebab itu, orang Sunda menekankan pentingnya pendidikan bagi anak, seperti terungkap dalam ucapan orang tua kepada anak-anaknya, “nuntut elmu teh wajib hukumna” (menuntut ilmu itu wajib hukumnya); “tuntut elmu sanajan ka nagri Cina” (tuntutlah elmu sekalipun ke negeri Cina); dan “diajar sing junun da elmu mah moal ridu mamawa” (belajarlah dengan rajin karena memiliki ilmu pengetahuan tidak akan susah membawanya). Masyarakat Sunda pun mengakui pentingnya ilmu untuk kehidupan di dunia dan akhirat, seperti dalam ungkapan “ilmu tuntut dunya siar” (carilah ilmu, dan perolehlah dunia).

Pendidikan yang dilakukan di lingkungan keluarga berupa perilaku bergantung pada kemampuan diri (self reliance); perilaku bertanggung jawab (responsibility); perilaku yang bersifat patuh pada orang tua; dan perilaku ramah dalam pergaulan (sociability);  Sejak kecil, anak-anak diajarkan belajar makan dan minum sendiri agar tidak terlalu bergantung pada ibunya, di samping memulai membiasakan anak untuk mandiri.
Penanaman aturan atau norma kedisiplinan tentang cara makan yang baik dilakukan oleh ibu waktu menyuapi makan atau menemani makan, ibu akan memberitahukan, mengingatkan, dan memberi contoh cara makan yang baik menurut aturan agama dan adat istiadat, yaitu sebelum makan, tangan harus dicuci dahulu, sebelum makan membaca doa atau mengucapkan bismillah, makan dengan tangan kanan, sesudah makan membaca doa atau mengucapkanalhamdulillah, mencuci tangan sesudah makan, makan atau minum tidak berdiri, mengunyah makanan tidak boleh mengeluarkan bunyi (ceplak), remeh-remeh (nasi) yang dimakan tidak boleh berceceran, makanan yang diambil harus dihabiskan, dan makan yang berkuah harus memakai sendok.
Aturan lain yang diajarkan pada anak berhubungan dengan perilaku tidur, yaitu harus mencuci kaki sebelum tidur, menggosok gigi sebelum tidur, kencing sebelum tidur, harus berdoá sebelum tidur dan bangun tidur, harus mencuci muka sesudah bangun tidur dan sebagainya.
Aturan yang berhubungan dengan norma masyarakat, sopan santun dalam berucap dan bertindak ditanamkan pula kepada anak sejak dini. Norma-norma dan etika umum yang ditanamkan orang tua kepada anak diwarnai oleh ajaran Islam, di antaranya: harus hormat dan taat kepada orang tua atau orang yang lebih tua dan harus menyayangi adik atau anak yang lebih kecil. Hal ini seperti terungkap dalam ucapan “surga ada di telapak kaki ibu”, “kudu nurut kana piwulang sepuh ngarah salamet” (artinya harus taat kepada nasehat orang tua agar selamat), “ulah ngarempak larangan sepuh bisi tideuha” (jangan melanggar larangan orang tua akan berdosa), “sing bageur ari ka kolot ngarah gede darajat” (artinya harus sayang kepada orang tua supaya mulia kehidupannya). Berbuat baik kepada orang tua dalam etnis Sunda diharuskan karena “indung nu ngandung, bapak nu ngayuga” (ibu yang mengandung, bapak yang memelihara).

Penanaman saling hormat menghormati terhadap sesama, sopan santun seperti terungkap dalam ungkapan “silih asah, silih asuh, silih asih” (artinya saling mengingatkan, mengayomi, dan mengasihi agar tercipta suasana kehidupan yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian, ketentraman, dan kekeluargaan), “dulur jeung dulur mah kudu siga gula jeung peueut” (seperti gula dengan nira matang, artinya hidup rukun saling menyayangi, tak pernah berselisih); “harus bersikap baik terhadap orang lain” (ka saha wae urang kudu akur tapi ulah campur teuing sok aya mamalana, artinya kepada siapa saja kita harus baik, harus ramah bersahabat, tetapi jangan terlalu rapat bergaul karena suka berakhir dengan hal yang tidak diinginkan).

Contoh lain, dengan siapa saja  jangan mudah berselisih (ulah kawas seuneu jeung injuk), jangan mencari bibit permusuhan (ulah nyieun pucuk ti girang), jangan mengajak orang lain untuk melakukan permusuhan (ulah neundeun piheuleut neda picela), jangan membangkitkan bibit kemarahan (ulah ngadu-ngadu raja wisuna), jangan mengeluarkan perkara yang dapat menimbulkan keburukan (ulah ngaliarkeun taleus ateul); harus dibiasakan mengucapkan salam (assalamuálaikum) bila masuk rumah atau bertamu, menegur terlebih dahulu bila anak berpapasan dengan orang tua, permisi (punten) apabila melewati orang, atau bertamu ke rumah orang lain, harus mengucapkan nuhun atau hatur nuhun, artinya terima kasih jika menerima pemberian atau pertolongan dari orang lain, jika menerima pemberian dari orang lain dengan tangan kanan atau panangan sae.
Dalam hal etika kekerabatan, orang tua mengajarkan anak untuk  memanggil ibu, bapak kepada kedua orang tuanya,  sebutan Aa kepada kakak laki-laki, sebutan Teteh kepada kakak perempuan, sebutan Uwa kepada kakak kedua orang tua, sebutan Bibi kepada adik wanita kedua orang tua, sebutan Emang atau paman kepada adik lelaki kedua orang tua, sebutan Nenek atau Nini kepada ibunya kedua orang tua, sebutan kakek atau Aki kepada bapaknya kedua orang tua.
Pendidikan anak dilakukan pula dengan membelajarkan dan mendidik anak dengan ajaran agama dan pelaksanaan ibadahnya seperti pengucapan lafadz adzan, pembacaan doa-doa sebelum dan sesudah makan, doa sebelum dan bangun tidur, doa masuk dan ke luar kamar kecil, doa masuk dan keluar rumah, doa memakai dan melepas baju, doa belajar, doa anak soleh, dan sebagainya. Selain itu pembacaan Al-Qurán, penghapalan surat-surat pendek Al-Qurán dan dibaca dalam sholat, pembelajaran sholat, shaum, shadaqah dalam menyantuni orang-orang yang tidak mampu, dan sebagainya.



D.   Lembaga Dalam Naungan Persistri
Sebagai pendamping atau partner kegiatan Persis, Persistri mengembangkan dan memperluas aktivitasnya pada berbagai dimensi dengan mendirikan berbagai lembaga yang sesuai dengan aktivitasn kaum ibu, seperti :
1.      Lembaga Konsultasi Keluarga, sebagai layanan umum berupa Biro Konsultasi Psikologi yang Islami.
2.      Lembaga Ar-Ruhama, sebagai Lembaga yang member layanan pemberian Beasiswa bagi putra-putri anggota dan calon anggota Persistri.
3.      Tamhiedul Mubalighat, sebagai Lembaga Pendidikan bagi calon Mubalighat Persistri.
4.      Lembaga Pendidikan Pra Sekolah, sebagai lembaga layanan umum berupa Raudlatul Athfal (RA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an.
5.      Lembaga Penitipan Anak, sebagai Lembaga layanan umum yang menampung anak berusia balita
6.      Lembaga Pendidikan Anggota (LPA), sebagai Lembaga Pendidikan bagi anggota (Kader-Kader Persistri) untuk menggali beragam potensi












Referensi :

Amien Shiddiq, 2007, Panduan Hidup Berjamaah Dalam Jamiyyah Persis, Bandung, Persis
Qanun Asasi Qanun Dakhili 2015-2020 PERSISTRI
Persis.or.id
Persistri.com
Persis-ku.blogspot.com
Sigabah.com
Persis Photography
Share:

Contoh Cerpen : PELANGI DIUFUK MATA PAK MARIN




By: Faruq Alghifari

“Bang, nanti tolong bawain berkas-berkas bapak ya..” ucap lirih Pak Marin. Lelaki paruh baya, berkemeja coklat usang serta kopeah selaras itu sembari meninggalkan ruangan kelas.
            “Iya pak, nanti Bambang bawa ke kantor” kataku sembari membersihkan ruangan kelas. Kelasku jauh dari kata sempurna. Hanya kayu jati tua sebagai tihang, bilik usang sebagai dinding, serta tumpukan daun kelapa kering sebagai atapnya. Aku tak perlu lama-lama untuk membersihkan kelas ini. Toh hanya mengangkat bangku-bangku, dan menghapus papan tulis. Karena lantai kelasku hanya hamparan pasir, jadi gak usah repot-repot menyapu dan mengepel.
            Aku keluar kelas membawa berkas-berkas Pak Marin menuju kantor. Semilir angin laut terasa mengelus-elus rambut pendekku. Aku berjalan menuju kantor guru yang berada disebrang kelasku yang berjarak sekitar 10 meter.
            “Ini pak berkasnya, ditaruh dimana?” tanyaku sambil memasuki kantor sekolah.
            “Ditaruh disana aja bang, di atas meja” Jawab Pak Marin sambil menyeruput Teh manisnya.
            “Bang gimana bapakmu? Sudah pulang melaut kah?”
            “Belum pak, menurut ibu katanya paling 2-3 minggu lagi.” Jawabku sambil duduk di kursi dekat pak Marin.
            “Mudah-mudahan aja bapakmu masih sempat menonton.. ukhuk.. ukhuk..” ceritanya terhenti oleh batuk. Pak Marin terhenti sebentar lalu meminum teh manisnya. Aku mendekati Pak Marin dan mengelus-elus punggung tuanya.
            “Emang menonton apa pak?” tanyaku setelah melihat pak Marin baikan.
            Pak marin tersenyum serta menatap mataku dengan penuh harapan.
            Bulan depan akan diadakan lomba cerdas cermat antar desa, yaa dikarenakan desa kita hanya punya 1 sekolah, tentu kita wajib untuk ikutan” katanya dengan penuh antusias.
            “Bulan depan? Terus siapa yang menjadi perwakilan sekolah kita pak?” tanyaku heran.
            “Tentu anak-anak terbaik dari sekolah kita, dan salah satunya kamu bang, nanti bapak bakal mengumumkan teman-teman kamu yang juga akan berangkat ke kota” lanjutnya dengan senyum lagi.
            “kenapa Bambang dipilih pak? Bambang kan gak bisa apa-apa, rangking aja enggak”
            “Abang tahu Pelangi? Pelangi itu datang setelah badai memporak-porandakan setiap benda yang dilaluinya. Pelangi itu datang setelah langit terasa mencekam. Dan karena itulah bapak milih kamu.”
            Aku hanya menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Begitulah Pak Marin, selalu berkata yang tidak aku ketahui maknanya. Tapi aku tidak terlalu memikirkannya. Aku lebih memikirkan tentang Cerdas Cermat yang akan aku hadapi. Seumur-umur aku belum pernah mengikuti lomba seperti itu. Pernah sih beberapa kali, tapi itu saat cerdas cermat versi pak Marin dikelas.

***
Mambang di langit telah hilang, sang surya telah sempurna ditelan gelapnya malam. Angin malam tak henti-hentinya hilir mudik, Angin yang berasal dari laut itu begitu mencekam saat malam, begitu menusuk kulit kurasa.
Dentuman ombak yang menghantam karang seakan menjadi lagu malam misterius. Terlebih jika bulan purnama mengambang di angkasa, pasang laut menjadi akibatnya, dentuman ombak semakin keras dan semakin hebat.
            “Bang.. Udah sholat isya?” Tanya ibu dari arah dapur.
            “Udah bu..” aku yang sedang duduk diteras segera menjawab.
            Tak lama ibu datang sambil membawa beberapa lembar majalah, koran dan lain-lain.
            “Nih.. jangan lupa dibaca!! Ibu tadi dari pasar, sekalian aja beli koran dan majalah bekas, ya walupun keadaannya kurang layak tapi tetep kita harus mengorek ilmunya kan” kata ibu dengan tegas.
            “Iya bu makasih.. sekalian buat bahan..”
            “Bahan buat apa? Bahan buat kue? Bahan buat bikin asin?” Tanya ibu.
            “ya bukan lah bu.. hehe” aku menjawab sambil cengengesan.
            “Abang kepilih jadi perwakilan sekolah, untuk lomba cerdas cermat bulan depan dikota” Lanjutku penuh antusias.
            “Wah? Masa sih bang?” ibu terperanjat kaget.
            “Wah.. wah.. ini bukan disawah bu.. ini dipantai” aku mencoba bergurau.
            Tiba-tiba ibu mengubah cara berdirinya. Ia seperti memasang kuda-kuda dan hendak berbicara sesuatu.
            “Ternyata inilah sang Bambang, anak dari pesisir pantai menjadi perwakilan desa untuk cerdas cermat..” kata ibu menirukan suara reporter berita di tv.
            “Ih apaan sih bu.. jelek..”
            “Haha.. yaudah kalo gitu ibu bakal lebih sering lagi membelikan kamu majalah yaa..” Lanjutnya.
            “iya bu..”
            Ibu akhirnya memilih untuk masuk kerumah dan tidur bersama si kecil. Aku yang ditemani beberapa majalah bekas, lebih memilih memandang bintang-bintang dilangit, sambil berkata dalam hati apakah bapak akan pulang dan menyaksikan anaknya berlomba?

                                                                        ***
            Pagi hari ini adalah waktunya upacara bendera. Anak-anak sekolah dari mulai kelas 1-6 berbaris rapih mengelilingin tiang bendera. Aku berada dibarisan kelas 5 yang kebetulan ada 5 siswa. Di desa ini tak banyak memang yang bersekolah, anak-anak lain lebih baik ikut melaut bersama orang tuanya daripada harus bersekolah.
            Pak Marin yang menjadi Pembina upacara, karena dia satu-satunya. Sebenarnya ada 3 guru disekolah ini, Pak gun sebagai kepala sekolah, Pak Marin dan Pak Anwar. Namun kedua guru yang lain jarang masuk, mereka mengajar disini mungkin hanya formalitas agar menjadi PNS. Hanya tersisa Pak Marin yang setia mengajar tiap hari disini. Mengajar dari mulai kelas 1-6. Sulit memang, tapi pak Marin selalu punya acara agar kegiatan belajar-mengajar berjalan efektif.
            “Siswa-siswi mulai dari kelas 1-6 yang bapak cintai, tak akan lama bapak berpidato disini, bapak hanya ingin menyampaikan, berhubung dengan diadakannya lomba cerdas cermat dikota 1 bulan mendatang. Oleh karena itu sekolah bapak liburkan sementara, agar bapak fokus melatih siswa-siswi yang akan lomba.” Kata Pak Marin dengan suara lantang.
            Mendadak lapangan upacara menjadi riuh oleh sorakan para siswa.
“Adapun yang menjadi perwakilan sekolah kita yaitu, Seli sang Insinyur dari kelas 6, Amar sang Profesor dari kelas 6, dan Bambang sang Pelangi dari kelas 5” lanjutnya.
            Aku termanggu sesaat, malu memang terpilih menjadi perwakilan, disandingkan dengan kak Seli yang Pak Marin juluki sang Insinyur, atau dengan Amar sang Profesor. Mereka begitu mengagumkan, kak Seli yang tergila-gila dengan dunia permesinan, elektronik. Atau kak Amar yang sangat jago dengan Biologi, Fisika, Kimianya. Sedangkan aku tak bisa apa-apa, aku hanya senang membaca seperti yang selalu disuruh ibu, dan senang memperhatikan penjelasan dari Pak Marin, itu pun hanya saat pelajaran Bahasa Indonesia, karena memang aku suka terhadap pelajaran itu.
            Aku mengira selama satu bulan kedepan, hanya kami bertiga yang sekolah di desa ini. Tapi tak seperti yang aku bayangkan. Ternyata Pak Marin hanya memberikan waktu 4 hari untuk kami bersekolah, sehari sekolah, besoknya libur, lusanya sekolah lagi, lalu libur lagi, Begitulah seterusnya. Entah apa maksudnya pola ini, hanya pak Marin yang tahu.
            Hari pertama latihan aku sangat semangat, kami bertiga begitu antusias untuk latihan. Kami bertiga duduk rapih dihadapan pak Marin yang sedang membaca koran didepan kelas. Seperempat jam kami hanya terdiam melihat pak Marin membaca koran, tanpa ada yang berbicara sedikitpun. Bosan memang. Lantas kak Amar yang memulai berbicara.
“Pak Marin? Bisa kita memulai latihannya?” Tanya kak Amar dengan penuh kesopanan.
“Kita sedang latihan, Amar” jawab Pak Marin sambil tetap membaca korannya. Setelah itu kami tidak berani lagi untuk bertanya. Kami hanya diam menyaksikan Pak Marin membaca. Setengah jam kemudian Pak Marin selesai membaca dan bangkit sambil berkata :
 “Latihan hari ini dicukupkan sekian, terima kasih atas waktunya. Kalian bisa pulang” katanya sambil pergi meninggalkan kelas. Baju dinas usangnya menghilang di kelokan pintu kelas.
            Kami termangu menyaksikan pak Marin.
            Minggu pertama kami, hanya dihabiskan dengan menonton pak Marin membaca, awalnya kami tidak terlalu kesal, tetapi melihat lomba semakin dekat, kami mulai kesal dan khawatir. Kami takut persiapan kami hanya sia-sia untuk lomba. Akhirnya pada hari ke-7 kami sepakat untuk protes kepada Pak Marin. Tapi Pak Marin hanya berkata :
            “Kalian lulus ujian pertama, minggu ini bapak hanya mengetes kesungguh-sungguhan kalian dalam latihan, bapak mengira kalian hanya dapat bertahan 2-3 hari, namun ternyata seminggu ini kalian sanggup bersabar. Kalian harus tahu bahwa menuntut ilmu itu harus disertai kesabaran. Agar bermanfaat kelak” kata pak Marin sambil tersenyum.
            Kami lega ternyata ini hanya tes, dan kami juga menyesal karena protes. Tetapi ajaib, berkat perilaku dan perkataan Pak Marin tadi kami jadi semakin bersemangat untuk latihan.
            Minggu kedua kami diperbolehkan membaca buku, kak Seli hanya boleh membaca tentang hal kesukaannya, yaps tentang Mesin, Elektronik dan sebagainya, kak Amar hanya boleh membaca tentang Kimia, Biologi, dan Fisika. Sedangkan aku hanya disuruh membaca saja. Hanya membaca. Aku menurut saja, walaupun tak tahu kenapa pak Marin memerintah demikian. Begitulah tabeat Pak Marin, selalu misterius.
            Waktu demi waktu, Hari demi hari, aku mulai bosan untuk membaca, aku dituntut terus membaca oleh Pak Marin, membaca segala hal sangat membosankan, aku ingin lebih fokus membaca dalam satu hal, seperti kak Seli dan Kak Amar. Bayangkan saja, dalam satu hari aku membaca tentang ilmu pengetahuan, ensiklopedia, ilmu astronomi, bahkan resep masak dan tips mencatok kuku yang baik dan benar aku baca. Kalau bukan karena perintah, serta nasehat kemarin Pak Marin, aku pasti sudah tidak akan bisa sabar.
***
            Dan lagi-lagi malam ini menyambutku lagi dengan setumpuk buku yang harus kubaca. Buku-buku ini pinjaman dari pak Marin, dan Desa setempat. Dalam waktu seminggu aku harus sudah menguasai buku-buku ini. Aku tak khawatir, setumpuk buku ini bukan masalah bagiku, bahkan jikalau ada buku setumpuk lemari aku pasti akan membacanya, dari dulu aku memang gemar untuk membaca, versi cerita ibu katanya saat usia 5 tahun aku sudah lancar untuk membaca dan berbicara jelas. Bahkan dulu ibu pernah cerita saat dipasar aku merengek minta dibelikan majalah, sampai ibu harus menggendongku menjauhi pasar. Atau ketika aku mengambil koran milik penjaga toko tanpa sepengetahuan si penjaga toko. Lalu ibu yang mengembalikannya serta berulang kali meminta maaf kepada si penjaga toko, aku saat itu tak tahu apa-apa dan hanya termanggu melihat ibu. Mungkin itu sebabnya sampai saat ini ibu melarangku untuk pergi ke pasar, dan tugas ibulah yang selalu membelikan majalah bekas untukku.
            “Bang, udahan dulu bacanya, makan dulu.. dari pagi abang belum makan” kata ibu dengan suara yang lirih.
            “Iya bu bentar lagi, sampai tamat buku ini” jawabku dengan suara rendah.
            “Yaudah jangan sampe lupa makan yaa.. ibu mau tidur dulu”
            “Iya bu siap..” jawabku lantang.
            Begitulah aku, jika sudah memegang buku, menelisik setiap inchi kata-katanya, akan lupa banyak hal, termasuk makan. Untung ada ibu yang selalu siap siaga mengingatkanku.
            Minggu ke 4 suasana mulai tegang, entah kenapa aku selalu terpikirkan bagaimana kalau aku tidak bisa menjadi juara. Juga tentang kepulangan bapak, Sampai saat ini belum ada tanda-tanda bapak akan pulang, padahal lomba akan diadakan beberapa hari lagi. Aku jadi risau, jangan-jangan bapak…

***
            H-3. Pak Marin datang dengan membawa segelas teh manis ditangannya, ia sudah siap untuk kembali melihat anak-anaknya latihan. Pak Marin duduk ditempat guru serta menyapu pandangan kami secara bergantian, lalu ia menghembuskan nafas yang terasa berat. Ada yang aneh dengan tatapan Pak Marin, begitu penuh harapan, kepercayaan, dan … Ahh begitu misterius kurasa.
            “Hari ini pertama kalinya bapak akan mengetes kalian semua, bapak rasa bekal kalian sudah cukup untuk mengikuti lomba nanti” ucap pak Marin.
            “Namun bapak tekankan agar kalian bertawadhu, jangan jadikan ajang perlombaan ini sebagai sarana kalian menyombongkan diri. Bapak tidak mau murid bapak kepalanya tidak masuk helm” ucap pak Marin tegas.
            Kami bingung, melamun sesaat.
            “Iya kan kata lain sombong itu besar kepala” lanjutnya.
            Kami semua serentak tertawa dengan candaan Pak Marin yang penuh nasehat itu.
            “Amar, kau itu jenius, bapak yakin kau bakal jadi professor yang handal!! Seli, kau juga apik, kau teliti dalam segala hal, kau bertalenta untuk menjadi Insinyur!! Dan kau si pelangi, Ahh bapak yakin sekali kau dapat menjadi pelangi” ucap Pak Marin dengan senyum nan tegas.
            Sampai saat ini aku tak mengerti apa yang diucapkan pak Marin, mungkin aku terlalu kecil untuk mengetahuinya. Namun nasehat itu begitu membekas dihati kami, laksana api yang disembur oleh bensin, menjadikan semangat kami membara dengan cepat.
            Namun setelah Pak Marin mengucapkan nasehat itu, ia langsung tersungkur jatuh, gelasnya tumpah, tubuhnya menghantam pasir kelas. Kami serentak kaget, dan langsung loncat kearah Pak Marin.
            Amar langsung memeriksa denyut nadi Pak Marin, membuka matanya dan hal-hal lain yang menjadi pemeriksaan awal seorang dokter, disaat-saat seperti ini ilmu biologinya mungkin sangat bermanfaat. Aku hanya bisa diam, panik, tak tahu harus apa, apalagi Seli yang dari tadi sudah menangis. kami hanya menunggu hasil pemeriksaan Amar.
            Amar mengangguk, Pak Marin hanya pingsan, kita harus cepat membawanya ke rumah Kepala Desa. Kami pun langsung menggotong Pak Marin kerumah Kepala Desa, serta mendapat bantuan dari warga saat dijalan. Menurut diagnosis Amar Pak Marin terkena serangan jantung, entah bagaimana ia mengetahuinya.
            Hari terus berlalu, Lomba semakin dekat, tinggal 2 hari lagi, sedangkan kami bertiga cemas, cemas bukan karena lomba, namun cemas karena kondisi kesehatan Pak Marin, menurut pak RW, Pak Marin langsung dibawa ke Rumah Sakit di kota untuk penanganan yang lebih lanjut.
            Hari ini sebenarnya ada kabar gembira, yaitu bapak pulang kerumah, dengan hasil tangkapan ikan yang banyak. Seharusnya aku gembira bapak bisa menonton, tapi entah kenapa aku sedih.
            Esoknya kami berangkat ke kota untuk lomba, kami akan menginap disana. Kami diantar menggunakan mobil milik Kepala Desa, tanpa ditemani Pak Marin.
            Kami mengikuti lomba begitu mengesankan, Bapak Walikota yang hadir pun terkagum-kagum dengan kepintaran kami, begitupun dengan penonton yang hadir, selalu menepukan tangannya ketika kami menjawab. Sejauh ini kami bertiga bisa diandalkan, ketika pertanyaan tentang makhluk hidup, kak Amar dengan secepat kilat bisa menjawabnya.
            Begitupun kak Seli, ketika ada pertanyaan tentang hitung-menghitung dia dengan secepat kilat langsung menjawabnya, bahkan saat tim lain sedang menghitung sekalipun. Hebat bukan?
Bagaimana dengan aku? Ahh kawan, Pak Marin memang benar, aku adalah pelangi di tim ini, Aku selalu bisa menjawab ketika kedua kakak kelasku itu termangu tak bisa menjawab. Seperti pertanyaan rebutan tentang ensikolpedia.
“Coba sebutkan tokoh yang sengaja meruntuhkan kerajaan Turki Utsmani!!” ucap juri dengan lantang. Kak Amar, dan Kak Seli tak tahu jawabannya, mereka memang tidak ahli terhadap hal seperti itu. Aku sontak memencet bel dan menjawab “Muhammad.. eh.. Muhammad Kumal Attarturk” sontan seluruh orang yang ada disana tertawa. Aku memang sedikit lupa tentang namanya. Aku harusnya menjawab Kemal, bukanya Kumal. “Bagus bang, kau bisa mencairkan ketegangan kami dengan leluconmu” kata kak Amar sembari menepuk punggungku. Wajahku merah seketika.
 Dan sesuai yang kami harapkan, akhirnya kami menjuarai cerdas cermat tingkat kota itu, dengan disertai do’a kawan-kawan di desa, teknik belajar Pak Marin yang hebat, serta Ibu yang selalu mendukung.
Akupun sontak memeluk kedua orang tuaku yang hadir disaat itu saat pengumuman juara berlangsung, mereka begitu bangga, begitupun pak RW, kepala desa, Walikota.
Hari itu menjadi hari bahagia bagi kita semua,
Kamipun pulang dengan membawa piala besar dan bermacam-macam hadiah. Kami diarak mengelilingi desa. Pesta kecil-kecilan pun tak luput dilaksanakan.
Tak lama setelah itu, Pak Kepala Desa mengajak kami ke rumahnya untuk memberitahu kepada kami bertiga sesuatu secara pribadi. Ia mengatakan sesuatu itu dengan suara yang parau, serta mata yang selalu tunduk.
“Pak Marin meninggal” hanya itu yang ia ucapkan. Kalimat pendek yang membuat kepalaku berputar, membuat pikiranku melayang-layang. Kami  mendapat kabar Pak Marin meninggal dunia.
 Setelah saat kalian diumumkan sebagai juara, Pak Marin tutup usia. Bapak merahasiakan dulu hal ini sampai pesta selesai, bapak ingin agar kalian bisa bahagia terlebih dahulu, dan kau tau kata-kata terakhir yang Pak Marin ucapkan untukmu Bambang? “Bambang, kau sudah menjadi pelangi dimataku.. kau sudah menjadi pelangi nak!!” Beliau mengatakan itu sembari meneteskan air mata dan tersenyum.
Kami pun termanggu, dan sedikit demi sedikit meneteskan air mata. Mencoba menerima kenyataan.

Share:

Entri yang Diunggulkan

Islam di Andalusia

A.     Proses Masuknya Islam ke Andalusia Pemerintahan Islam yang pertama kali menduduki Spanyol adalah Khalifah dari Bani Umayyah ya...

Popular Posts

Label

Recent Posts